Makanan yang memanjakan mata dan telinga. Wine dan aroma bunga yang menggairahkan indera penciumanmu. Setting yang sempurna. Banyak momen di mana lokasi dan timing memegang peranan penting. Tapi tidak ada yang bisa dibandingkan dengan momen ini. Momen pernyataan cinta.
Sepasang pria dan wanita makan malam bersama dengan setting yang romantis. Mereka saling tersenyum malu-malu. Sementara seorang wanita yang duduk sendirian memperhatikan mereka dari meja sebelah. Sang pria menoleh pada wanita yang duduk sendirian itu. Si wanita mengangguk memberi semangat. “Fighting!” katanya tanpa suara.
Prinsip pertama yang tidak boleh kaulupakan dalam momen ini adalah…cinta sejati hanya bisa diraih dengan perasaan yang tulus.
Sang pria mengumpulkan keberaniannya lalu mulai berbicara pada wanita yang sedang makan malam dengannya.
“Yu Jin-sshi, awalnya aku hanya ingin memperhatikanmu. Kukira dengan menyimpanmu baik-baik dalam hatiku bagai permata, bisa disebut cinta.
Tiba-tiba aku tersadar. Walau mungkin aku patah hati, keberanian untuk mengajakmu keluar juga merupakan cinta. Aku akan mengambil keberanian itu hari ini. Yu Jin-sshi, maukah kau memberiku kesempatan?”
Seorang pria berjaket hitam tampaknya diam-diam menguping pembicaraan mereka. Seorang waiter menuangkan minuman untuk pasangan itu.
Yu Jin berterima kasih pada si pria. Berkat pria itu, ia menyadari selama ini ia bersikap pengecut.
Wanita di meja sebelah tersenyum penuh harap. Ia bisa merasakan aroma kemenangan yang mendekat. Demikian juga pria yang duduk di hadapan Yu Jin.
Yu Jin mengambil minuman di meja dan menenggaknya sampai habis. O-ow…not a good sign.
Yu Jin bangkit berdiri dan menghampiri waiter yang tadi menuang minuman untuknya.
“Aku menyukaimu. Aku selalu menyukaimu,” kata Yu Jin pada si waiter.
Pria teman makan malam Yu Jin bengong. Demikian juga wanita di meja sebelah.
Wanita di meja sebelah yang selama ini memperhatikan dan menyemangati si pria adalah Gong Min Young. Ia seorang yang romantis dan percaya percintaan adalah impian yang bisa dirasakan semua orang di dunia. Ia ingin mewujudkan harapan manis yang bisa dirasakan berdua. Tapi percintaan bagai harta karun.
Kadang terungkap dengan mudah, tapi bagi yang lainnya bisa membawa ke tempat yang salah dan sangat melelahkan.
Gong Min Young berkerja di Couple Factory. Ia mencarikan pasangan yang cocok bagi kliennya. Dan itu memang pekerjaan yang ia inginkan.
Tapi itu bukan pekerjaan yang mudah. Tiap klien memiliki tuntutan mereka sendiri. Latar belakang keluarga, pendidikan, pekerjaan. Pengacara, dokter, jaksa. Seorang ahjusshi yang ingin pasangan wanita berusia 20-an. Seorang gadis muda yang ingin dicarikan pasangan seorang kakek konglomerat.
Menurut mereka, cinta bukanlah segalanya pada masa kini. Gong Min Young hanya bisa manggut-manggut mendengar kriteria pasangan yang diinginkan kliennya.
Hingga ia bertemu seorang klien. Namanya Sun Jung Nam (Ji Jin Hee), pria yang makan malam di awal episode. Ia bertanya apakah ada profil Sul Yu Jin dalam arsip Min Young. Ada sih, dengan nilai yang jauh berbeda.
Profil Yu Jin mendapat nilai A, sementara profil Jung Nam mendapat nilai F. Whaaa? Ji Jin Hee dapet nilai F???
Jung Nam menyadari ia tidak selevel dengan Yu Jin. Tapi ia merasa hidupnya akan penuh penyesalan jika ia menyerah hanya karena hal itu. Jung Nam merasa Yu Jin adalah soulmatenya. Jika saja ia bisa mengungkapkan perasaannya….
Hanya saja prinsip penentuan pasangan yang cocok dalam perusahaan Couple Factory adalah mencocokkan pasangan berdasarkan nilai profil para klien. Dan para pegawai dilarang mencocokkan klien dengan orang yang tidak selevel. So level A dengan level A, level F dengan level F…. menghilanglah sudah upaya memperbaiki keturunan :p
Jika Min Young menjodohkan Jung Nam yang level F dengan Yu Jin yang berlevel A, maka Min Young sudah melanggar aturan perusahaan. Tapi idealisme-nya mengalahkan semuanya. Ia mulai menyelidiki Yu Jin.
Yu Jin seorang guru balet terkenal. Selama ini sudah tujuh kali dijodohkan (oleh Couple Factory) namun semuanya gagal. Min Young mulai ragu apakah ia bisa melakukannya. Tujuh kali gagal dengan sesama level A, apakah bisa dengan level F?
Saat ia sedang melamun, seorang pria berjalan melewatinya dan tak sengaja (atau sengaja?) menyenggolnya hingga semua file yang dipegang Min Young terjatuh. Min Young jengkel karena pria berjaket hitam itu pergi dengan cueknya tanpa meminta maaf.
Min Young berbicara dengan Yu Jin. Tapi Yu Jin berkata ia sudah berhenti dari Couple Factory. Tampaknya ibunya yang menginginkan Yu Jin menjadi klien Couple Factory. Min Young bertanya apakah Yu Jin tidak bersedia untuk mencoba yang terakhir kalinya.
Yu Jin sepertinya enggan. Ia tidak menyukai perjodohan. Tapi Min Young mencoba membujuknya. Ia yakin pria ini orang yang tepat bagi Yu Jin. Yu Jin masih ragu.
Praangg! Tiba-tiba sebotol wine pecah ke lantai. Pria berjaket hitam itu yang menjatuhkannya. Entah disengaja atau tidak.
“Maison de Fleur, bahkan wine yang terkering pun memiliki aroma yang manis,” ujar Yu Jin. Ia bersedia menemui pria yang diajukan Min Young di Maison, restoran tempat ia biasa menemui kencan butanya. Min Young senang sekali.
Pada hari yang ditentukan, Min Young mempersiapkan Jung Nam dengan sebaik-baiknya. Ia mendandaninya dan memberi banyak nasihat. Jangan pernah meragukan diri sendiri, berkonsentrasi pada Yu Jin, dan mengungkapkan sepenuh hati pada waktu yang tepat.
“Kau bisa melakukannya! Fighting!” Min Young memberi semangat.
“Fighting!” Jung Nam meneguhkan hatinya.
Min Young duduk di meja sebelah mengamati Yu Jin dan Jung Nam. Seorang pria berjaket hitam duduk makan sendirian di meja belakangnya. Pria itu tersenyum penuh arti.
Tak ada yang menyadari kalau ada sebuah kamera kecil terpasang di vas bunga di meja Jung Nam dan Yu Jin. Seorang pria bertudung mendengarkan percakapan mereka melalui headphone. Ia bahkan bisa melihat meja pasangan itu dari layar di depannya.
Pria yang duduk makan di belakang Min Young, melihat ekspresi wajah Yu Jin melalui ponsel yang terhubung dengan kamera di vas tadi. Ia memberi aba-aba untuk mulai.
Seorang waiter muda mendengar aba-aba itu. Waiter muda itu mengangguk pada waiter lain yang bertugas menuangkan minuman untuk Jung Nam dan Yu Jin.
Waiter itu berkata sepertinya ada yang hendak dirayakan Yu Jin dan Jung Nam. Ia hendak memberikan selamat lebih dulu jika ada hal baik yang akan terjadi. Ia lalu menuangkan minuman. Yu Jin menunduk mendengar perkataan si waiter.
Kembali pada adegan di awal, Yu Jin berterima kasih pada Jung Nam atas keberaniannya mengungkapkan perasaan. Pria berjaket hitam tersenyum menang, “ Benar, terima kasih.”
Yu Jin menenggak habis minumannya lalu mengejar si waiter dan menyatakan kalau ia menyukai si waiter. Sang waiter tersenyum senang.
Tiba-tiba ia mendengar suara.
“Jangan senang dulu. Pura-puralah terkejut,” pria berjaket hitam memberi petunjuk melalui bluetooth yang terpasang di telinganya. Ia lalu mendiktekan kata-kata yang harus diucapkan si waiter.
“Aku salah.”
Yu Jin nampak kecewa.
“Akulah yang seharusnya merayakan sesuatu hari ini,” sambung si waiter itu. Yu Jin tersenyum lega.
Pria berjaket mengumumkan misi telah selesai. Pria bertudung mulai melepaskan headphonenya dan membereskan peralatannya yang ternyata terletak dalam sebuah van. Ia menyalakan van.
Waiter muda juga mendengar perkataan si pria berjaket dan melepas seragam waiternya. Si pria berjaket hitam bangkit dari kursinya. Tapi ia sempat melirik pada Min Young yang masih kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.
Min Young dan Jung Nam membicarakan apa yang baru saja terjadi. Min Young nampak lebih terpukul daripada Jung Nam. Ia bertanya apa yang salah, semuanya sempurna.
“Tapi kenapa! Tepat pada saat akan home run, seseorang merebut bolanya! Kenapa???”
“Bukan. Sebenarnya lebih terlihat seperti bolanya yang meluncur sendiri ke sarung tangan,” kata Jung Nam.
“Iya, tapi kenapa?” Min Young masih tidak bisa terima.
“Min Young-sshi, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Ini semua salahku.”
Min Young berkata Jung Nam tidak salah, Yu Jin yang salah karena tidak melihat Jung Nam.
“Sul Yu Jin-sshi tidak salah. Adalah salahku yang berlevel F menginginkan seseorang berlevel A.” Terus si waiter itu emangnya level berapa ya kalau dinilai? >,< *masih ngga terima Ji Jin Hee ditolak*
Min Young meminta Jung Nam tidak memikirkan level. Jung Nam berterima kasih karena Min Young telah mengajarinya hingga ia bisa mengucapkan kata-kata yang hebat seperti tadi. Walau cintanya selama 3 tahun ini telah berakhir tapi ia berterima kasih karena ia jadi memiliki keberanian berkat Min Young. Min Young tersenyum.
“Kau akan segera menemukan soulmatemu,” kata Min Young menghibur. Jung Nam tersenyum.
“Kuharap kata-kata yang telah kausiapkan untukku tadi akan berhasil nantinya. Aku berharap kegigihanmu akan terbayar suatu hari nanti,” kata Jung Nam tulus. Lalu ia pergi. Walau ia tersenyum tapi sebenarnya ia benar-benar patah hati dan Min Young ikut sedih.
Tapi masalah tidak berhenti sampai di sana. Min Young ditelepon atasannya yang marah karena mengetahui Min Young telah menjodohkan orang tanpa sepengetahuannya. Atasannya terus mengomelinya.
Min Young bersandar pada sebuah van yang terparkir. Frustrasi mendengar ocehan atasannya. Ia berkata ia sudah meminta ijin Yu Jin sebelumnya. Tapi ternyata ibu Yu Jin yang mengajukan protes pada atasan Min Young. Karena kesal, Min Young membenturkan kepalanya ke jendela van. Pintu van terbuka.
Min Young hendak menutup pintu tapi ia malah melihat hal yang aneh. Mobil itu seperti dari planet lain. Penuh dengan peralatan elektronik dan lampu. Namun yang lebih mengejutkan adalah Yu Jin terpampang di layar dalam van itu. Min Young segera menutup teleponnya.
Seorang pria muncul di belakang Min Young. Min Young berbalik dan terkejut melihat pria itu. Tanpa sadar ia berjalan mundur.
“Berhenti,” kata pria itu sambil menghampiri Min Young.
Min Young terus mundur, tak sengaja menginjak papan beroda dan terjatuh. Ia pingsan.
Saat ia membuka mata, ia sudah berada dalam sebuah tempat yang aneh. Gedung itu besar sekali dan mempunyai jam raksasa. Seorang pemuda menyapanya dengan ramah.
Min Young bertanya mengapa ia bisa ada di tempat ini. Tiba-tiba seorang pria menyentuh kepalanya. Min Young terlonjak kaget. Ia berteriak ketakutan ketika melihat pria itu adalah pria yang dilihatnya sebelum ia pingsan. Pemuda itu bernama Ah Rang, dan pria di van bernama Moo Jin.
Min Young berpikir ia diculik. Kedua orang tadi melihatnya dengan cuek. Min Young terus berjalan mundur.
“Berhenti,” kata pria di van.
Tapi Min Young terus mundur, dan ia lagi-lagi terjatuh.
“Ia ke sana,” ujar pria itu lagi.
Ke mana? Min Young menimpa kain di belakangnya yang ternyata pemisah ruangan. Di ruangan sebelah, seorang pria berjaket hitam memperhatikan papan di hadapannya. Ia adalah Seo Byung Hoon.
“Kemunculan yang hebat,” ujar Byung Hoon saat melihat Min Young.
Min Young melihat pria itu, lalu kedua pria tadi. Dan ia ingat ia pernah melihat ketiga pria ini sebelumnya. Di mana? Di Maison. Ah Rang adalah waiter muda di restoran itu. Berikutnya adalah Moo Jin yang berada di dekat van dekat restoran itu. Dan Byung Hoon adalah pria yang duduk makan sendirian di belakang mejanya. Juga pria yang sama yang telah menjatuhkan botol wine.
Min Young menatap papan. Pada papan itu tertempel berbagia informasi dan foto mengenai Yu Jin, Jung Nam, dan si waiter. Ada apa gerangan?
Min Young langsung menyadari kejadian di restoran tadi adalah rekayasa. Ia bertanya apakah mereka semua penipu.
“Penipu? Bukan, lebih seperti biro penyesuaian,” kata Byung Hoon.
“Sama saja!” sergah Min Young. “Memangnya kalian pikir cinta itu guyonan? Kalian senang bermain-main dengan perasaan seseorang?”
“Kami hanya membuka jalan untuk apa yang disebut cinta. Bukankah ini lebih manusiawi dibandingkan memilah-milah orang dalam kelas-kelas?”
Min Young melihat ada foto dirinya juga pada papan itu. Apakah mereka juga menyelidikinya?
“Apa rasanya melakukan sesuatu yang dilarang atasanmu? Menyenangkan?” tanya Byung Hoon sambil tersenyum.
Min Young berkata mereka semua yang telah mengacaukan pekerjaannya. Ia bertanya bagaimana rasanya telah menghancurkan hati seseorang. Menyenangkan?
“Bagaimana dengan klien kami (si waiter)? Bagaimana dengan perasaannya? Bukankah semua cinta itu sejati? Dia menyukainya tapi ia tidak bisa menunjukkannya. Karena itu ia mendatangi kami.”
“Jadi, kau mempermainkannya (Yu Jin) di belakangnya? Itu tidak benar!” ujar Min Young.
“Bunga, makan malam, musik, setting romantis . Kau ingin mendapatkan hati seseorang dengan hal-hal itu? Itu benar-benar kejam untuk perasaan seseorang. Untuk menunjukkan ketulisan, seseorang harus melihat dengan benar,” kata Byung Hoon.
Ia mengkritik Min Young yang memeriksa arsip Yu Jin padahal Yu Jin sedang berada di hadapannya. Jika ingin mengenal seseorang, jangan lihat arsipnya. Lihat orang itu bereaksi terhadap apa.
Dalam hal Yu Jin, ia bereaksi terhadap aroma wine (dari botol wine yang terjatuh). Rupanya itu wine Maison de Fleur, wine yang biasa ia minum saat ia bertemu kencan butanya. Dan waiter itu yang selalu menuangkan minuman itu untuknya.
Hal yang tersulit adalah memberi keberanian pada Yu Jin. Dalam hal inilah Jung Nam berperan penting.
Rupanya Ah Rang memberikan sebuah catatan pada Jung Nam dan mengatakan kalau catatan itu titipan dari Min Young (padahal bukan). Kata-kata dalam catatan itu yang diucapkan Jung Nam pada Yu Jin.
“Dari mana kau mendapat pikiran jahat seperti ini?” kata Min Young kesal.
Byung Hoon menunjuk kepalanya.
Min Young pergi dengan kesal. Byung Hoon berkata Min Young yang telah menyakiti Jung Nam, bukan mereka.
“Apa katamu?”
“Percaya dirilah. Miliki keberanian. Kau bisa melakukannya. Memberikan harapan palsu seperti itu sama saja dengan pelecehan. Racun paling berbisa dalam cinta adalah harapan palsu.”
Min Young berkata ia berharap yang terbaik untuk Jung Nam dan Yu Jin. Memangnya kenapa?
Byung Hoon mengeluarkan kartu namanya. Pada kartu itu tertera: Cyrano. Ia menawarkan pekerjaan untuk Min Young. Min Young tak percaya ini, apa mereka sedang bermain-main dengannya? Ia tidak menginginkan pekerjaan licik seperti ini.
“Kukira kau ingin membantu orang-orang yang sedang jatuh cinta. Atau tidak? Aku hanya ingin menyelamatkan orang yang sudah dipecat dari pekerjaannya,” kata Byung Hoon.
Min Young tak mengerti. Byung Hoon melirik ke ponsel Min Young. Min Young membaca sms-nya ternyata ia sudah dipecat. Ia pergi dengan kesal sementara ketiga pria itu memandanginya dengan tersenyum.
Keesokan paginya, Min Young menemui atasannya yang menyambutnya dengan wajah masam. Atasannya berkata tadinya ia hendak mengeluarkan meja Min Young tapi ia tidak sampai hati. Ia tahu Min Young pekerja keras. Ternyata ia tak jadi memecat Min Young karena Yu Jin menganggap perjodohannya berhasil karena Min Young.
Atasannya mewanti-wanti agar Min Young tidak lagi menyalahi aturan. Min Young terdiam. Ia teringat kata-kata Jung Nam bahwa pekerjaan Min Young adalah pekerjaan mulia (menemukan cinta untuk orang lain). Lalu perkataan Byung Hoon semalam. “Kukira kau ingin membantu orang-orang yang sedang jatuh cinta.”
Min Young tersenyum.
“Keluarkan. Keluarkan saja mejaku,” kata Min Young pada atasannya. Ia berhenti dari Couple Factory.
[Bersambung ke Bagian 2]
Komentar:
Sori kalau belepotan di bagian awal ini karena adegannya berpindah-pindah dan masih pengenalan tokoh. Mudah-mudahan bisa dimengerti ya isi sinopsisnya^^ Terima kasih atas kunjungannya ^^